Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang atau
sekumpulan orang dalam keadaan selalu kekurangan dalam hal ekonomi, yang
berarti defisit atau pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pokok. Kemiskinan bukanlah seuatu hal yang diharapkan karena dampak dari kemiskinan ini tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian
masyarakat dimana setiap atau sekelompok individu tidak mampu mencukupi
kebutuhan mereka sehingga taraf hidup masyarakat rendah dan tidak sejahtera. Akan tetapi kemiskinan
ini juga dapat menghambat dan memperburuk perekonomian negara akibat dari perekonomian yang tidak stabil, tidak merata dan mengakibatkan tingkat pengangguran yang
tinggi.
Berdasarkan data dari kepala BPS Aceh, Hermanto Ssi MM
yang dikonfirmasi lebih lanjut oleh Serambi
,Selasa(15/9) menjelaskan, penduduk miskin di provinsi Aceh pada maret 2015
mencapai 851.000 orang atau 17,08 persen. Sedangkan september 2014 jumlahnya 837.000
orang, atau 16,98 persen. Artinya tingkat kemiskinan meningkat sebanyak 14.000 orang pada tahun 2015.
Menurut bapak Hermanto Ssi MM penghitungan jumlah penduduk miskin mengacu pada
kategori yang ditetapkan pemerintah yanitu yang memiliki rata-rata pengeluaran
dibawah garis kemiskinan.
Berdasarkan data dan penjelasan di atas, mari kita
analisis apa penyebab dari meningkatnya jumlah kemiskinan di Aceh yang
sebenarnya pemerintah Aceh telah menargetkan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di Aceh 2 persen pertahun sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dalam periode 2012 - 2017.
Menurut ketua BPS Aceh ini, “Peningkatan garis kemiskinan ini dipengaruhi oleh
pergerakan haraga-harga tingkat konsumen atau inflasi di daerah”
Berdasarkan
grafik tingkat inflasi Aceh Selama 3 tahun berjalan. Tingkat inflasi yang
paling tinggi ada pada tahun 2014 bulan februari dan pada bulan desember, dan
pada tahun 2015 tingkat inflasi yang
terjadi sebanyak 2 kali, namun ini dibawah tingkat inflasi pada tahun 2014. sedangkan
berdasarkan data dari BPS tingkat kemiskinan pada tahun 2014 lebih rendah dari
tahun 2015, sepertinya tingkat inflasi di daerah Aceh bukanlah penyebab utama dari meningkatnya jumlah kemiskinan.
Selanjutnya penjelasan lain penyebab meningkatnya tingkat
kemiskinan yang dijelaskan oleh kepala BPS Aceh kita adalah “faktor utama belum
tercapainya upaya pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan di Aceh yaitu
perlambatan ekonomi di Aceh di mana hampir keseluruhannya didorong oleh APBA
dan APBN”. Menurut penjelasan beberapa pegawai negeri di Aceh. APBA tidak pernah cair pada awal tahun,
sehingga gaji-gaji para pegawai honor di kantoran sering tertunda hingga berbulan-bulan,
disamping itu akibat dari terlambatnya
pencairan anggaran ini menghambat berbagai program pemerintah yang bertujuan
memperbaiki perekonomian Aceh, Alhasil penggunaan anggaran tidak berjalan
efektif dan efisien, berbagai perencanaan pembangunan infrastruktur dan
noninfrastruktur pun terhambat dan banyak program-program pemerintah yang
bertujuan untuk mengurangi dan membantu rakyat miskin tidak berjalan lancar,
dikarenakan anggaran baru cair di pertengahan tahun, sedangkan berdasarkan
grafik inflasi di atas, di tahun 2015 inflasi terjadi di awal tahun, yang
dimana pada saat yang bersamaan APBA Aceh
belum cair dan mengakibatkan banyaknya pengangguran, sehingga masyarakat menengah kebawah
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Penjelasan selanjutnya menurut bapak kepala BPS kita
adalah “ Komoditas yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras dan
rokok. Sumbangan pengeluaran beras dan rokok lebih besar terhadap garis
kemiskinan pada komponen makanan” dan berikut data yang dipaparkan .Pada tahun
2015 sumbangan makanan seperti beras disalurkan sebesar 32,35 persen di
perkotaan, dan 39,89 persen di pedesaan. Sumbangan pengeluaran rokok,
persentasenya lebih besar di pedesaan yaitu sebesar 8,61 persen sedangkan di
perkotaan 11,38 persen. Menurut saya sebaiknya sumbangan konsumsi rokok ini
disubtitusi dengan komoditas pangan lainnya, seperti gula ataupun minyak makan,
karena tingkat manfaat yang diberikan oleh rokok ini sangatlah kecil daripada
resiko penyakit yang ditimbulkan, sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya
tambahan yang lebih banyak untuk kesehatan, dan akhirnya perekonomian
masyarakat sulit berkembang, karena setiap konsumsi rokok menimbulkan biaya
kesehatan yang lebih banyak.
Namun kabar baiknya adalah untuk indeks kedalaman
kemiskinan dan keparahantingkat kemiskinan, bapak Hermanto mengatakan, indeks
kedalaman kemiskinan bergeser dari 3,139 di tahun 2014 menjadi 3,104 pada tahun 2015. Perubahan di bidang ini menunjukkan bahwa
pemerintah berhasil menurunkan tingkat kedalaman kemiskinan di daerah Aceh.
Sumber:
http://aceh.tribunnews.com/
Selamat membaca, semoga bermanfaat, krikit dan saran diterima (^ - ^)
BalasHapus