Kamis, 01 Oktober 2015

Warga Miskin di Aceh Bertambah


            Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekumpulan orang dalam keadaan selalu kekurangan dalam hal ekonomi, yang berarti defisit atau pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kemiskinan bukanlah seuatu hal yang diharapkan karena dampak  dari kemiskinan ini tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat dimana setiap atau sekelompok individu tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka sehingga taraf hidup masyarakat rendah dan  tidak sejahtera. Akan tetapi kemiskinan ini juga dapat menghambat dan memperburuk perekonomian negara akibat dari  perekonomian yang tidak stabil, tidak merata dan mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi.
            Berdasarkan data dari kepala BPS Aceh, Hermanto Ssi MM yang dikonfirmasi lebih lanjut oleh Serambi ,Selasa(15/9) menjelaskan, penduduk miskin di provinsi Aceh pada maret 2015 mencapai 851.000 orang atau 17,08 persen. Sedangkan september 2014 jumlahnya 837.000 orang, atau 16,98 persen. Artinya tingkat kemiskinan meningkat sebanyak 14.000  orang   pada tahun 2015. Menurut bapak Hermanto Ssi MM penghitungan jumlah penduduk miskin mengacu pada kategori yang ditetapkan pemerintah yanitu yang memiliki rata-rata pengeluaran dibawah garis kemiskinan.
            Berdasarkan data dan penjelasan di atas, mari kita analisis apa penyebab dari meningkatnya jumlah kemiskinan di Aceh yang sebenarnya pemerintah Aceh telah menargetkan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Aceh 2 persen pertahun sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dalam periode 2012 -  2017. Menurut ketua BPS Aceh ini, “Peningkatan garis kemiskinan ini dipengaruhi oleh pergerakan haraga-harga tingkat konsumen atau inflasi di daerah”


            Berdasarkan grafik tingkat inflasi Aceh Selama 3 tahun berjalan. Tingkat inflasi yang paling tinggi ada pada tahun 2014 bulan februari dan pada bulan desember, dan pada tahun 2015  tingkat inflasi yang terjadi  sebanyak 2 kali, namun ini dibawah tingkat inflasi pada tahun 2014. sedangkan berdasarkan data dari BPS tingkat kemiskinan pada tahun 2014 lebih rendah dari tahun 2015, sepertinya tingkat inflasi di daerah Aceh bukanlah penyebab utama  dari  meningkatnya jumlah kemiskinan.
            Selanjutnya penjelasan lain penyebab meningkatnya tingkat kemiskinan yang dijelaskan oleh kepala BPS Aceh kita adalah “faktor utama belum tercapainya upaya pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan di Aceh yaitu perlambatan ekonomi di Aceh di mana hampir keseluruhannya didorong oleh APBA dan APBN”. Menurut penjelasan beberapa pegawai negeri di Aceh.  APBA tidak pernah cair pada awal tahun, sehingga gaji-gaji para pegawai honor di kantoran sering tertunda hingga berbulan-bulan, disamping itu akibat dari  terlambatnya pencairan anggaran ini menghambat berbagai program pemerintah yang bertujuan memperbaiki perekonomian Aceh, Alhasil penggunaan anggaran tidak berjalan efektif dan efisien, berbagai perencanaan pembangunan infrastruktur dan noninfrastruktur pun terhambat dan banyak program-program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi dan membantu rakyat miskin tidak berjalan lancar, dikarenakan anggaran baru cair di pertengahan tahun, sedangkan berdasarkan grafik inflasi di atas, di tahun 2015 inflasi terjadi di awal tahun, yang dimana pada saat  yang bersamaan APBA Aceh belum cair dan mengakibatkan banyaknya pengangguran, sehingga masyarakat menengah kebawah tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka.
            Penjelasan selanjutnya menurut bapak kepala BPS kita adalah “ Komoditas yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras dan rokok. Sumbangan pengeluaran beras dan rokok lebih besar terhadap garis kemiskinan pada komponen makanan” dan berikut data yang dipaparkan .Pada tahun 2015 sumbangan makanan seperti beras disalurkan sebesar 32,35 persen di perkotaan, dan 39,89 persen di pedesaan. Sumbangan pengeluaran rokok, persentasenya lebih besar di pedesaan yaitu sebesar 8,61 persen sedangkan di perkotaan 11,38 persen. Menurut saya sebaiknya sumbangan konsumsi rokok ini disubtitusi dengan komoditas pangan lainnya, seperti gula ataupun minyak makan, karena tingkat manfaat yang diberikan oleh rokok ini sangatlah kecil daripada resiko penyakit yang ditimbulkan, sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya tambahan yang lebih banyak untuk kesehatan, dan akhirnya perekonomian masyarakat sulit berkembang, karena setiap konsumsi rokok menimbulkan biaya kesehatan yang lebih banyak.
            Namun kabar baiknya adalah untuk indeks kedalaman kemiskinan dan keparahantingkat kemiskinan, bapak Hermanto mengatakan, indeks kedalaman kemiskinan bergeser dari 3,139 di tahun 2014 menjadi 3,104 pada  tahun 2015. Perubahan di bidang  ini menunjukkan bahwa pemerintah berhasil menurunkan tingkat kedalaman kemiskinan di daerah Aceh.


Sumber:
http://aceh.tribunnews.com/


1 komentar:

  1. Selamat membaca, semoga bermanfaat, krikit dan saran diterima (^ - ^)

    BalasHapus